Demam berdarah

KONSEP DASAR MEDIK
1. Definisi
Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti (Betina) terutama menyerang anak remaja dan dewasa dan seringkali menyebabkan kematian bagi penderita (Effendy, 1995).
Demam dengue adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak dan remaja atau orang dewasa dengan tanda-tanda klinis berupa demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai Leukopenia, dengan atau tanpa ruam, sakit kepala yang hebat, trombositopenia dan ptekie spontan (Kapita Selekta Kedokteran, 2000 ).
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik. (Sir,Patrick manson,2001).
2. Anatomi Fisiologi
Darah adalah jaringan cair yang terdiri dari atas dua bagian. Bahan interseluler adalah cairan yang disebut plasma dan di dalamnya terdapat unsur padat, yaitu sel darah. Serum darah atau plasma terdiri dari air, protein, mineral dan bahan organik lain seperti glukosa, lemak, urea, asam urat, kreatinin, kreatinin dan asam amino. Plasma juga berisi gas (O2 & CO2). Hormon-hormon, enzim dan antigen. Terdapat juga sel darah yang terdiri atas tiga jenis: yaitu eritrosit atau sel darah merah, leukosit atau sel darah putih, dan trombosit. Volume dara secara keseluruhan kira-kira 5 liter. Sekarang 55% adalah cairan sedangkan 45% terdiri atas sel darah. Darah bersirkulasi di dalam sistem vaskuler dan berperan sebagai sistem penghubung antara organ tubuh, membawa oksigen yang diabsorbsi oleh paru-paru nutrisi yang diabsorbsi oleh traktus gastrointestinal ke sel tubuh untuk metabolisme sel. Darah juga mengangkut produk sampah yang dihasilkan oleh metabolisme sel ke paru, kulit dan ginjal yang akan ditransformasi dan dibuang keluar dari tubuh. Darah juga membawa hormon dan antibodi ke tempat sasaran.


a) Eritrosit
Merupakan cakram bikonkaf yang tidak berinti yang berdiameter 8 m, tebal bagian tepi 2 m pada bagian tengah tebalnya hanya 1 m atau kurang. Komponen utama sel darah merah adalah protein hemoglobin (Hb) yang mengangkut O2 dan CO2. Sel darah merah dibentuk di dalam sumsum tulang dan dirangsang oleh hormon glikoprotein, eritropoetin. Jumlahnya + 5 juta /mm3 darah pada rata-rata orang dewasa dan berumur 120 hari. Sel menjadi usang dan dihancurkan dalam RES, terutama dalam limpa dan hati. Globin dari hemoglobin dipecah menjadi asam amino untuk digunakan sebagai protein dalam jaringan-jaringan dan zat besi dalam hem dari hemoglobin dikeluarkan untuk digunakan dalam pembentukan sel darah merah lagi. Sistem hem dari hemoglobin diubah menjadi bilirubin dan biliverdin yang berwarna kehijau-hijauan.
b) Leukosit
Peranan utama leukosit adalah sebagai pertahanan tubuh dalam melawan infeksi. Batas normal sel darah putih berkisar 4.000-10.000 /mm3. Lima jenis sel darah putih yaitu netrofil eosinofil dan basofil dinamakan granulosit. Granulosit dan monosit mempunyai peranan penting dalam perlindungan terhadap mikroorganisme, dengan kemampuannya sebagai fagosit, mereka memakan bakteri-bakteri hidup yang masuk ke peredaran darah. Granulosit memiliki enzim yang dapat memecah protein yang memungkinkan merusak jaringan hidup, menghancurkan dan membuangnya, dengan cara ini jaringan yang sakit atau terluka dapat dibuang dan penyembuhan dimungkinkan.
Limfosit adalah leukosit monuklear dalam darah perifer. Terdapat limfosit T dan limfosit B. limfosit T berlangsung jawab atas respon kekebalan selular sedangkan limfosit B menghasilkan imunoglobulin dan bertanggung jawab atas respon kekebalan humoral.
c) Trombosit
Merupakan bagian terkecil dari unsur selular sumsum tulang dan sangat penting peranannya dalam hemostasis dan pembekuan. Trombosit berdiameter 1 sampai 4 m dan berumur kira-kira 10 hari. Kira-kira sepertiga berada dalam limpa sebagai sumber cadangan dan sisanya berada dalam sirkulasi, berjumlah antara 150.000 dan 400.000 /mm3.
Plasma darah adalah cairan berwarna kuning yang dalam reaksinya bersifat sedikit alkali. Plasma bekerja sebagai perantara untuk penyaluran makanan, mineral, lemak, glukosa dan asam amino ke jaringan. Dan medium untuk mengangkat bahan buangan: urea, asam urat dan karbon dioksida.
Protein plasma yaitu albumin, dalam keadaan normal terdapat 3 sampai 5 g albumin dalam 100 ml darah yang bertanggung jawab atas tekanan osmotik yang mempertahankan volume darah, menyediakan protein untuk jaringan. Globulin terdapat 2 sampai 3 g dalam 100 ml darah dimana semua antibodi yang melindungi tubuh adalah globulin fibrinogen sebagai koagulasi darah.
3. Etiologi
Penyebab dari DHF adalah virus dengue yang tergolong arbovirus, masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit tersebut adalah termasuk ke dalam arbovirus (Arthrpod Borne Virus) group B, terdiri atas 4 tipe dengan masa inkubasi 4-5 hari.
Adapun faktor predisposisi dari terjadinya DHF antara lain:
a) Faktor lingkungan yang tidak sehat, adanya genangan-genangan air.
b) Faktor kebiasaan individu: suka menggantung pakaian, rumah jarang dibersihkan sehingga nyamuk banyak.
c) Sosial ekonomi: pada masyarakat yang kurang secara ekonomi sehingga dalam pemenuhan kebutuhan hidup (nutrisi) kurang sehingga daya tahan tubuh kurang, dalam pemenuhan sarana pengobatan tidak terjangkau.
4. Patofisiologi
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma melalui endotel dinding itu. Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya factor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan factor penyebab terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF. Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah , menurunnya volume plasma , terjadinya hipotensi , trombositopenia dan diathesis hemorrhagic , renjatan terjadi secara akut. Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoxia jaringan, acidosis metabolic dan kematian.
5. Tanda dan Gejala
a. Demam yang terjadi secara mendadak selama 2-7 hari.
b. Mual, muntah, anoreksia, nyeri ulu hati.
c. Nyeri otot, pegal-pegal pada seluruh tubuh, lemas.
d. Sakit kepala.
e. Terdapat tanda-tanda perdarahan: uji tourniket positif, ptekie, purpura, ekimosis, epistaksis, perdarahan pada gusi, hematemesis, melena.
f. Adanya hepatomegali, splenomegali.
g. Bila terjadi renjatan: sianosis perifer, kulit lembab dan dingin, hipotensi, nadi cepat, nyeri abdomen.
Klasifikasi
DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi menjadi (WHO, 1986):
Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan uji tourniquet (+), trombositopenia dan hemokonsentrasi.

Derajat II :Derajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau di tempat lain.

Derajat III :Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah (hipotensi), gelisah sianosis sekitar mulut, hidung dan ujung jari (tanda-tanda dini renjatan).

Derajat IV : Renjatan berat (DSS) dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.

6.Pemeriksaan Diagnostik
a.Pada pemeriksaan darah akan dijumpai:
1)Trombosit menurun (trombositopenia)
2)Leukosit menurun (leukopenia)
3)Hemoglobin meningkat: lebih dari 20%
4)Hematokrit meningkat: lebih dari 20%
5)IgG Dengue : positif
6)IgM Dengue : positif
7)SGOT/SGPT bisa meningkat
8)Hasil pemeriksaan darah: hipoproteinemia, hiponatremia, hipokalemia.
9)Pada pemeriksaan AGD: terdapat asidosis metabolik CaCO2 <> 30 ml/jam.
-Ht: 37-52%
-Keadaan umum baik
Rencana tindakan:
1)Observasi tanda-tanda vital (S, N, TD, P, HR).
Rasional: Mengetahui keadaan umum pasien.
2)Monitor keadaan umum pasien.
Rasional: Menetapkan data dasar untuk mengetahui dengan cepat penyimpangan dari keadaan normalnya.
3)Monitor tanda-tanda perdarahan.
Rasional: Perdarahan yang cepat diketahui dapat segera diatasi sehingga tidak terjadi syok hipovolemik.
4)Monitor dan catat intake dan output.
Rasional: Mengetahui keseimbangan cairan tubuh.
5)Jelaskan pada pasien/keluarga tentang tanda-tanda perdarahan yang mungkin dialami.
Rasional: Pasien dan keluarga kooperatif bila tanda-tanda perdarahan yang telah dijelaskan perawat terjadi.
6)Anjurkan pada pasien/keluarga melapor jika ada tanda-tanda perdarahan.
Rasional: Dapat melakukan tindakan dengan cepat untuk mengatasi perdarahan tersebut.
7)Kolaborasi untuk pemeriksaan Hb, Ht, trombosit.
Rasional: Mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien dan acuan untuk tindakan lebih lanjut.

d.Risiko tinggi perdarahan yang berhubungan dengan trombositopenia.
Hasil yang diharapkan:
-Tidak terjadi perdarahan.
-Trombosit dalam batas normal (150.000-450.000).
Rencana tindakan:
1)Monitor tanda-tanda penurunan trombosit.
Rasional: Penurunan trombosit merupakan tanda-tanda adanya kebocoran pembuluh darah dan terjadi tanda-tanda perdarahan.
2)Anjurkan pada pasien untuk istirahat cukup.
Rasional: Aktivitas yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.
3)Jelaskan tentang pengaruh trombositopenia pada pasien.
Rasional: Agar pasien/keluarga mengetahui hal-hal yang mungkin terjadi pada pasien dan dapat membantu mengantisipasi terjadinya perdarahan.
4)Anjurkan pada keluarga dan pasien untuk segera melapor jika ada tanda-tanda perdarahan.
Rasional: Keterlibatan keluarga dengan segera melaporkan terjadinya perdarahan akan membantu pasien mendapatkan penanganan sedini mungkin.
5)Kolaborasi dengan medik untuk cek trombosit setiap hari.
Rasional: Dengan mengetahui jumlah trombosit setiap hari, dapat diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan yang dapat dialami pasien.

e.Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan anoreksia, mual, muntah.
Hasil yang diharapkan:
Kebutuhan nutrisi terpenuhi ditandai dengan:
-Pasien menghabiskan makanan yang disajikan.
-Anoreksia, mual, muntah tidak ada
-Nafsu makan meningkat.
Rencana tindakan:
1)Kaji keluhan anoreksia, mual, muntah.
Rasional: Menetapkan cara mengatasinya.
2)Beri makanan porsi kecil tapi sering.
Rasional: Menghindari mual dan muntah.
3)Timbang BB setiap hari.
Rasional: Mengetahui status gizi pasien.
4)Catat jenis dan jumlah makanan yang dimakan.
Rasional: Mengetahui pemenuhan nutrisi pasien.
5)Jelaskan tentang manfaat makanan bagi pasien.
Rasional: Meningkatkan pengetahuan pasien tentang nutrisi sehingga motivasi untuk makan meningkat.
6)Anjurkan pasien untuk tarik nafas dalam bila muntah.
Rasional: Mengurangi mual dan terjadinya muntah.
7)Kolaborasi dengan medik untuk pemberian obat antiemetik.
Rasional: Antiemetik mencegah mual dan muntah.

f.Kurang perawatan diri berhubungan yang berhubungan dengan kelemahan fisik.
Hasil yang diharapkan:
-Kebutuhan sehari-hari terpenuhi.
-Pasien dapat beraktivitas secara bertahap.
Rncana tindakan:
1)Kaji keluhan pada pasien (lemas dalam beraktivitas).
Rasional: Mengidentifikasi masalah yang dirasakan oleh pasien.
2)Kaji hal-hal yang mampu/tidak mampu dilakukan oleh pasien.
Rasional: Mengetahui tingkat ketergantungan pasien dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
3)Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Rasional: Bantuan sangat diperlukan dalam keadaan lemah.
4)Letakkan barang-barang yang diperlukan dekat dengan pasien.
Rasional: Membantu pasien dalam memenuhi kebutuhannya tanpa dibantu orang lain.
5)Tingkatkan kemandirian pasien sesuai kemampuan.
Rasional: Aktivitas bertahap dapat melatih kemandirian pasien tanpa terjadi kelelahan.